Dari dulu saya gak
pernah nge-fans dengan siapapun yang terlalu gimana gitu sampe mengelu-elukan
atau mikirin dia siang-malam. Pernah sih zaman kecil dulu suka sama cantika
sampe nulis n kirim surat ke dia. Terus berganti-ganti terus karena saya
bosenan dan kalo udah liat celah “jelek” nya langsung ilfil. Sampe kenal
(tsaahh kenal wkwk) dengan Lee Minho actor korea yang tenar lewat drama Bofs
Before Flowers. Nah itu zamannya masih abege, jomblo, single jadi emang suka
banget ama kegantengannya, hahahah. Tapi ya biasa aja sih sekedar suka aja, gak
ekstrim-ekstrim amat. Sampe menjelang transformasi saya dari istri menjadi ibu
pun saya kadang masih mikir siapa yaa idola saya di dunia ini yang masih bisa
dilihat gerak-geriknya baik secara nyata atau didunia maya, tapi masih belum
nemu juga karena saya mikirnya gak ada yang lebih pantes diidolain selaen Nabi
Muhammad SAW dan sahabatnya serta yang lainnya dimasa itu.
Tapi pada suatu
ketika, saya berubah dari single woman, menjadi istri dan ibu seutuhnya setelah
Gilby lahir, saya bertemu dengan Ibu AA, dan saya jatuh cinta padanya.
Meniatkan dalam hati untuk selalu belajar BAGAIMANA menjadi ibu yang baik buat
amanahNya ini. Bergabung dengan berbagai komunitas didunia maya. Karena didunia
nyata banyak sekali yang beda “aliran” (baca: visi-misi) dengan saya. Kebayang
gak kalo ada ikan yang baru sadar bahwa ternyata hidup di air itu butuh air
untuk bisa berenang, makan, dan “hidup”. Begitulah saya, sedang “haus-hausnya”
ilmu. Semua dari siapapun yang saya baru tau, saya masukin ke laci-laci diotak
saya. “SAVE AS” dengan judul masing-masing.
Ibu AA ini baru saja
saya kenal di komunitas yang sering saya tongkrongi dalam rangka mencari ilmu
sbagai ibu baru. Dan dia sungguh mempesona. Dia manis, pintar, soleha, santun,
ramah, baik, bijaksana ahh perfecto lah. Dia dokter tapi berani memutuskan
untuk tidak praktek sebagai dokter tapi mengabdikn diri di rumah saja untuk
suami dan anak-anaknya tercinta. Siapa yang tidak kagum coba?
Saya ikuti semua
ilmunya, saya serap mentah-mentah, saya praktekkan apa yang menurutnya BENAR
dan saya ikut merana jika dia sedang dalam ada masalah. Sampai saya dapat
contact dia dan saya sms dia dengan mengatakan saya fans nya. Dan dia jawab
“jangan ngefans ke saya yah, saya hanya manusia biasa. Ngefans ke Nabi Muhammad
aja yah.” Duhh meleleh gak tuh? Saking hormatnya saya sama dia sampe gak berani
buat nyapa (sms) lagi.
Sampai suatu ketika
gilby yang belum genap 3 bulan jatuh dari ayunan, saya panik. Walau saya udah
siapin guidelines saat anak jatuh tetap saja saya merasa panik dan merasa
sendiri. Saat kebingungan seperti itulah saya inget dengan bu AA ini. Bukan
untuk konsul gratis sihh, hanya sebagai penghibur diri pelipur lara. Saya
jelaskan kejadiannya dan saya tunggu lamaaaa sekali baru beliau membalas dan
hanya singkat sekali bahkan cenderung ketus. Entah kenapa dari situ saya
langsung ilfil ke beliau, benr-benar gak berempati. Bukan suuzon, saya mencoba
khusnudzon mungkin beliau sedang sakit, sedang repot dengan urusan
rumah/anak-anak, sedang ada masalah keluarga atau lain-lain, tapi beliau
nyata-nyata pernah men-decleare contact pribadi bagi yang ingin tanya-tanya
atau belajar. Nah apa salah nya sekedar bilang “cepet sembuh atau semoga tidak
apa-apa” kepada saya yang sedang jelas galaunya. Tapi ya sudahlah, emang bukan
porsi dia untuk disalahin hanya menyayangkan sikapnya itu.
Lalu selanjutnya bisa
ditebak satu per satu keanehan muncul. Seperti dituntun Tuhan saya dibukakan
mata,”ini loh mel, dulu kamu anggepnya begini karena si bu AA ini, padahal yg sebenernya
begitu.” Banyaaaaaaakk sekali, sifatnya semakin arogan, skptic, closeminded,
menyebarkan sesuatu sepotong-potong, membiarkan orang lain membuat asumsi
sendiri bedasar kan ulahnya sendiri, lalu saat orang lain ketauan salah malah
dia tidak mau disalahkan, padahal jelas-jelas dia yang memulai berbagi sesuatu
yang rancu, bergaul hanya dengan orang-orang sepengikutnya, mem-block
orang-orang yang “melawan” dia dll sebagainya. Ehh saya Tuhan kan melakukan
penilaian ke orang? Maaf, bukan maksud kok. Hanya sangat menyayangkan, beliau
padahal cerdas dan sangat berpotensi buat umat. Tapi kadang malah apa yang
digembar-gemborkan tak sesuai dengan apa yang dia buat. Ehh mel kok enak banget
nge-judge bu AA ini? Kamu udah sempurna? Heheh enggak kok, justru dari beliau
saya berkaca, bahwa saya gak boleh seperti dia. Terus kenapa gak diingetin?
Hoooo, kalo itu saya gak selevel dengan ilmunya beliau yang udah diawan saya
masih dibawah tanah, dan sudah banyak yang berusaha mengingatkan baik engan
cara arif dan bijaksana sampai cara ekstrim dengan kata-kata yang “keras”, tapi
beliau meresponnya dengan mencari simpati.
Hhmmm. Pelajaran buat
saya untuk tidak gampang mengidolakan dan menggantungkan apapun kepada yang
namanya ‘manusia’. Tempat terbaik untuk bergantung dan meminta pertolongan
dalah ALLAH SWT. Dan saya sangat berharap semoga saya selalu diberikan ilmu
yang bermanfaat, didekatkan dengan orang-orang yang baik benar bijaksana, serta
dijauhkan dari segala fitnah. Amin.
*mohon maaf jika ada kesamaan nama, sifat, cerita dll. :D
. . . . Continue Reading